otomotif & modifikasi

blog ini saya buat untuk para penyuka modifikasi, ataupun para pecinta motornya sebagai teman hidup.

11.31

Honda CS-1 Vs Kawak Athlete

Diposting oleh sandra aditya rahman

Honda CS-1 Vs Kawak Athlete

Jumat, 12/12/2008 | 16:42 WIB

Pada JMS 2008, dua supersport bebek yang sering dibandingkan para biker adalah Honda CS-1 dan Kawasaki Athlete. Maklum, keduanya relatif baru. Aspek yang membuat bikers membandingkan keduanya adalah karena menganut konsep desain dan kontruksi sasis yang sama. Tangki berada di depan pengendara atau di atas rangka utama (backbone), mirip dengan motor sport atau 'laki'.

Kalaupun bikers memperbincangkan perbedaan, fokusnya pada mesin. ”Mesin CS-1 tegak, sedangkan mesin Athlete mendatar,” begitulah komentar yang terlontar dari mereka setelah meneliti kedua motor ini.

Bahkan ketika petugas Honda dipancing untuk mengomentari perbedaan CS-1 sama dengan Athlete secara teknis, ungkapan tersebut muncul lagi. Komentarnya sama, sekitar mesin vertikal dan horisontal.

Padahal, perbedaannya cukup banyak dari aspek teknik. Namun, masalah harga tidak bisa dilupakan. Selisih harga cukup mencolok. Si “Ijo’ ditawarkan dengan harga Rp 14.300.000, sedangkan CS-1, yang memang sangat menggoda penampilannnya, dibanderol oleh Honda Rp 16.900.000. Perbedaannya mencapai Rp 2,7 juta.

Pastinya, CS-1 menawarkan warna yang lebih beragam, yaitu merah, hitam, silver, dan kuning emas; dan tampil lebih atraktif, sedangkan Si “Ijo”, selain hijau, alternatif warnanya hanya unggu dan hitam; tampil rada “kalem”.

Persamaan - Selain posisi tangki yang sama, keduanya memilih model “cast wheel” yang juga mirip, jari 5 x 2. Posisi knalpotnya sama pula. Ada juga tambahan “air scoop” pengarah aliran udara di bawah mesin. Keduanya menggunakan rem cakram untuk roda depan dan belakang (namun desainnya berbeda). Plus, suspensi belakang sama-sama monoshock. Karena itu, wajarlah para biker membandingkan kedua motor ini.

Kawasaki sendiri, dalam strategi pemasarannya, membandingkan Athlete dengan Honda CS-1 dan Suzuki Satria. Berdasarkan format kuadran yang dibuat oleh Kawasaki, mereka menempatkan produknya antara Sporty dan Classy. CS-1 ditempatkan di tengah-tengah Classic dan Classy yang kental dengan penampilan Sporty. Untuk Satria, orang-orang "Kawak" menaruhnya di antara Elegan dan Classic. Dari cara berpikir orang Kawasaki tersebut sudah dapat disimpulkan, mereka mengakui soal penampilan CS-1 yang sangat sporty.

Dari segi penampilan, CS-1 lebih disukai terutama desain lampu dan tangki yang atraktif. Honda juga menonjolkan rangka delta boks motor ini, sedangkan Athlete berdesain lampu lebih sederhana dan tidak menonjolkan rangka.

Mesin - Spesifikasi dan karakteristik mesin motor ini sangat berbeda. CS-1 menggunakan mesin dengan pendingin air yang dilengkapi dengan radiator dan kipas. Hal ini membuat mesin CS-1 lebih rumit, memerlukan perawatan yang lebih intens, namun dari segi performa tentu saja lebih oke!

Sebaliknya, Athlete memakai mesin dengan pendingin udara atau masih mengandalkan sirip-sirip. Tentu saja lebih praktis dan ringkas, di samping itu menjadikannya lebih ringan karena tidak ada air, radiator, dan kipas.

Karena tipe mesin yang digunakan CS-1 adalah “high performance”, untuk menjaga kinerja tetap stabil, terutama saat berada di dalam kota dengan lalu lintas yang macet, Honda melengkapinya dengan pendingin air atau radiator. Di samping itu, agar mendapatkan pendinginan lebih baik dan kompromi lainnya, mesin dipasang agak vertikal. Itu mirip dengan kebanyak mesin motor sport.

Kedua motor menggunakan mesin yang sama kapasitasnya, 125 cc. Namun, CS-1 unggul dalam performa. Dengan perbandingan kompresi 10,7 : 1, mesin CS-1 menghasilkan tenaga 9,44 kW atau 12,8 PS. Itu pun dihasilkan @10.000 rpm. Ciri khas mesin sport sejati!

Bandingkan dengan Athlete, 9,9 PS @8.000 rpm. Meski kurang agresif, namun Athlete dipastikan bisa diajak santai, terutama di lalu lintas kota yang padat, sedangkan mesin CS-1 dipastikan maunya “ngebut” melulu. Di samping dengan perbandingan kompresi yang tinggi, CS-1dipastikan minta bensin yang lebih berkualitas, beroktan 92 atau 95, sedangkan mesin Athlete bisa berkompromi dengan premium.















Kendati Honda mengklaim CS-1 sebagai “top city ride”, berdasarkan spesifikasi di atas, justru Athlete yang lebih mendekati karena tenaga dan torsinya diperoleh pada putaran lebih rendah.

CS-1 dipastikan unggul untuk mereka yang punya nyali tancap gas pada kecepatan tinggi.

Suspensi Belakang - Meski suspensi belakang kedua motor ini dasarnya sama, monoshock, namun karena posisi pemasangan peredam kejutnya berbeda, masing-masing digunakan untuk kondisi tertentu. Punya Honda tegak lurus, sedangkan 'Kawak' miring (hampir horizontal) dan tampak dari luar.

Dengan posisi peredam kejut yang horizontal, Athlete menghasilkan bantingan yang lembut karena tidak langsung beraksi dibandingkan jika posisinya tegak lurus. Untuk peredam kejut yang dipasang vertikal atau tegak, itu akan langsung menghasilkan bantingan. Hasilnya, CS-1 cocok untuk jalanan mulus, sedangkan Athlete bisa berkompromi dengan permukaan jalan, misalnya lubang dan polisi tidur.

Honda harus memasang peredam kejut dengan posisi tegak karena ruang mesin makin sempit. Selain ada mesin, juga ada tambahan ruang untuk radiator. Pilihan lainnya, mesin juga harus diposisikan agak vertikal.

















Kesimpulan - Dari atas kertas disimpulkan, bila pertimbangan dominan harga sangat menentukan dan tipikal pengguna tidak terlau agresif, pilihannya bisa saja Athlete. Adapun bagi mereka yang ingin mengutamakan penampilan, show-off, suka menguji nyali (tetapi jangan di sembarangan jalan), dan tidak terlalu pusing dengan harga, CS-1 adalah pilihan utama.

www.kompas.com


-klik here-

11.20

Absolute Revo 110: Penampilan Atraktif, Harga Kompetitif

Diposting oleh sandra aditya rahman

Absolute Revo 110: Penampilan Atraktif, Harga Kompetitif
Jumat, 30/1/2009 | 22:33 WIB

JAKARTA, JUMAT — PT Astra Honda Motor (AHM), produsen sepeda motor nomor satu di Indonesia, makin agresif melakukan penetrasi pasar. Bahkan dalam situasi dan kondisi ekonomi seperti sekarang, Honda meluncurkan produk terbarunya, yaitu motor bebek Absolute Revo 110. Motor baru ini sekaligus sebagai pengganti Fit X dan Revo bermesin 100 cc.

Dengan penampilan yang atraktif dan mesin yang sudah dikenal irit, Absolute Revo akan menjadi saingan utama Yamaha Vega ZR yang diluncurkan awal Desember lalu. Keduanya menggunakan mesin berkapasitas 110 cc.

Untuk harga, Honda lebih kompetitif. Absolute Revo dengan velg jari-jari ditawarkan seharga Rp 11,6 juta, sedangkan Vega ZR Rp 11,8 juta. Varian lainnya adalah velg casting wheel dengan bodi dua warna, Rp 12,9 juta; dan velg casting wheel DX dengan bodi tiga warna, Rp 13,5 juta. Ini kejutan bagi konsumen motor di Indonesia karena biasanya Honda selalu mematok harga lebih tinggi.
Penampilan. Absolute Revo sebenarnya bisa dikatakan kembaran Blade dengan target berbeda. Blade ditargetkan buat anak muda yang mengutamakan penampilan yang lebih gaya dan sporty, sedangkan Absolute Revo ditargetkan bagi semua kalangan dengan pertimbangan harga yang lebih terjangkau, tetapi tetap bisa tampil gaya. Karena itu pula, desain Absolute Revo berbeda dengan Blade.

Honda menyebut konsep Absolute Revo dengan “Smart Styling”, “Smart Performance”, dan “Smart Convenient”. Bagian bebek yang dirancang secara khusus dan menjadi ciri khas Absolute Revo adalah lampu depan, sayap samping (leg shield), panel instrumen, panel saklar kontrol, kunci kontak, grip atau pegangan belakang, lampu kombinasi belakang, dan knalpot.

Desain lampu depan meski sama dengan Blade, yaitu model mahkota, pada Absolute Revo ukurannya lebih kecil dan dipasang pada bagian atas setang. Dengan ini, sorotan lampu mengikuti gerakan setang. Pada Blade, lampu depan dipasang pada tutup rangka depan. Lampu utama, termasuk lampu senja, disatukan dengan sein yang menggunakan mika atau tutup putih dan bola lampu kuning. Tipe lampu depan adalah multireflektor yang menghasilkan cahaya lebih terang.

Panel instrumen juga didesain dengan bentuk berbeda. Untuk ini, Honda menggunakan desain segi lima. Angka-angka dibuat dalam ukuran besar dan mudah dilihat saat motor lagi dipacu. Instrumen terdiri dari dua bagian. Bagian dalam, speedometer, indikator bensin dan odometer. Adapun bagian luar terdapat indikator posisi gigi dan lampu.

Konsep baru dan khusus Absolute Revo adalah penempatan saklar pada setang. Gerakan dari saklar tidak vertikal atau turun naik, tetapi horizontal, ke kanan dan kiri. Bahkan, untuk klakson berada di atas saklar lampu sein.

Kunci kontak menggunakan model yang banyak digunakan motor-motor masa kini. Dilengkapi dengan penutup yang bekerja secara otomatis. Untuk memudahkan melihat posisi kunci kontak di malam hari, permukaan tulisan pada kunci kontak, seperti ON, OFF , Ignition, Lock, dan Shut diberi lapisan fosfor.

Masih di bagian depan, sayap samping dirancang dengan format 3D. Kendati ukurannya agak praktis, tetapi tetap memberi kesan gagah dan bersih terhadap penampilan motor.

Grip atau pegangan belakang dirancang dengan bentuk motor-motor masa kini dan dibuat dari besi. Meski begitu, agar nyaman dipegang, grip dilapisi dengan PVC kenyal, seperti karet dan bertekstur.

Dari semua bagian yang tak kalah menarik dan membuat penampilan Absolute gagah adalah knalpot berbentuk oval dengan bagian tengah dicat hitam. Tatakan kaki buat boncengan bagian utamanya dipasangkan langsung ke rangka atau tidak berada pada lengan ayun. Dengan cara ini, getaran pada kaki boncengan bisa dikurangi.

Tambahan lain adalah pelindung panas mesin di sisi sebelah kanan, pelindung khusus shock absorber belakang atau tidak mudah kena debu serta aki MF atau kering. Juga ada stopper yang mencegah rantai lepas dari sproket bila kendor.
Mesin. Untuk mesin sama dengan Blade. Kendati kapasitas mesin Absolute Revo lebih besar dibandingkan Revo lama, menurut Honda, konsumsi bahan bakarnya lebih irit 5 persen. Adapun tenaganya bertambah 16 persen.

Kemampuan tersebut bisa diperoleh karena adanya pengembangan pada mesin, antara lain teknologi EFT (efficient & low friction technology), antara lain dengan membuat dinding piston tidak seluruhnya rata, tetapi diberi tekstur. Tujuannya supaya gesekan lebih rendah. Di samping itu, titik pusat pemasangan piston offset terhadap dinding silinder. Dengan cara ini, efek tamparan terhadap dinding silinder bisa dikurangi. Daya tahan lebih lama dan gesekan bisa dikurangi.

Tambahan lain, untuk mengurangi gesekan pada mekanisme poros kem, Honda menggunakan mekanisme roller rocker arm atau pelatuk katup yang bekerja seperti roda. Teknologi lainnya masih biasa, antara lain pasokan bahan bakar, karburator, dan pengapian DC-CDI.

Honda mengklaim, konsumsi bahan bakar 54,8 km/liter, sedangkan akselerasi dari diam sampai jarak 200 meter, waktunya 13,06 detik dengan kecepatan tertinggi 92,8 km/jam. Semua membuat Absolute Revo unggul dari kompetitornya sesama bebek bermesin 110 cc.

SpesifikasiDimensi (mm)

Panjang 1.925

Lebar 709

Tinggi 1.084

Jarak sumbu roda 1.221

Jarak terendah ke tanah 147

Mesin

Tipe 4-langkah, SOHC, 1 silinder,

pendingin udara

Kapasitas 109,1 cc

Diameter x langkah 50 x 55,6 mm

Perbandingan kompresi 9 : 1

Tenaga maksimum 8,46PS @7.500 rpm

Torsi maksimum 0,86 kgm @5.500 rpm


www.kompas.com

11.13

Vega ZR Masih Kalah Gesit Sama Sang Kakak

Diposting oleh sandra aditya rahman

Vega ZR Masih Kalah Gesit Sama Sang Kakak

MOTOR PLUS/DAVID

Rabu, 24/12/2008 | 09:00 WIB

Tes Yamaha Vega ZR

Saat Yamaha Vega ZR di-launching di arena pameran motor di JCC awal Desember lalu, ada yang istimewa. Selubungnya dibuka Wakil Presiden PT Yamaha Motor Kencana Indonesia Ir Dyonisius Beti, MM, dan satu tamu istimewa dari Spanyol, Jorge Lorenzo, pembalap MotoGP dari tim Fiat-Yamaha yang memang diundang datang ke Jakarta.

Seperti apa spesifikasi bebek berkapasitas 113,7 cc ini sudah dipaparkan di Kompas.com beberapa waktu lalu, secara lengkap. Apa saja perubahan dari model sebelumnya, Vega R yang kapasitas dapur pacunya lebih kecil 3,4 cc, keduanya dites bersamaan oleh Motor Plus.

Dari segi ergonomi, Vega baru ini lebih nyaman dan posisi pembesut yang memiliki tinggi 180 cm tidak mengalami kendala, apalagi sudut setang lebih ke dalam (dekat dengan badan pengendara), menjadikan handling lebih lincah dan sigap melintas di kemacetan lalu lintas.

Ada sedikit harapan kalau ZR dengan tampilan lebih sporty bisa mengimbangi Vega lama. Kenyataannya, akselerasi sedikit lebih lambat untuk mencapai kecepatan puncak. Bahkan ketika digeber di trek lurus sejauh 800 meter, jarum spidometer tidak bergerak naik melebihi 100 km/jam. ZR malah terkesan kurang responsif ketimbang mesin yang lama.

Bukan mengada-ngada, buktinya saat dilakukan pengujian akselerasi dengan alat ukur Vericom VC3000, Vega R lebih unggul. Untuk kecepatan 0-60 km/jam ditempuh ZR 8,01 detik dengan jarak 86,9 meter, sedangkan Vega R lebih cepat lagi, 5,49 detik (61 meter).

Ketika diajak berakselerasi sejauh 201 meter, Vega R tetap unggul. Jarak segitu dicapai 12,87 detik dengan kecepatan tertinggi 81,9 km/jam, sementara bebek baru 13,62 detik dengan kecepatan 72,7 km/jam.

Waktu tempuh dan kecepatan tertinggi sedikit berimbang kala masuk tes akselerasi menengah, 40-100 km/jam. Vega R mencatat 8,21 detik dengan kecepatan 65,7 km/jam, ZR 8,26 detik (67,8 km/jam).

Selain akselerasi, kedua Vega diajak putar-putar untuk mendapatkan konsumsi bahan bakar. Supaya adil dan imbang, pengujian dilakukan di lintasan dengan orang yang sama. Artinya, tetap pada perlakuan yang sama.

Dimulai dengan Vega R. Tabung bahan bakar sebagai pengganti tangki diisi premium 100 cc diajak jalan dengan kecepatan 60 km/jam. Kondisi lintasan bervariasi, ada 'stop & go', jalanan tanjakan, dan turunan. Setelah menempuh 3,5 km, bensin di tabung dan karburator kering. Berarti, untuk 1 liter bensin ditempuh sejauh 35 km.

Giliran ZR dengan 100 cc melintasi trek yang sama menempuh jarak lebih jauh 1,1 km. Berarti, untuk satu liter bensin bisa melesat sejauh 46 km. Jauh lebih irit 11 km untuk satu liter bensin.

Silakan pilih, Vega ZR atau R./* (Eka)
www.kompas.com
www.motorplus-online.com